Terlalu Banyak Pilihan

Selection_001
Sumber gambar: bleepingcomputer.com

Jika kita mengikuti perkembangan dunia open-source, khususnya distribusi Linux dan aplikasi di dalamnya, kita akan menemukan banyak sekali pilihan perangkat lunak yang sebenarnya memiliki fungsi yang sama. Sebagai contoh lingkungan desktop (desktop environment), ada banyak sekali pilihan lingkungan desktop yang tersedia dengan berbagai gaya, sebut saja Gnome, KDE Plasma, LXDE, XFCE, MATE, Cinnamon, Bugie Desktop dan masih banyak lagi, walaupun sebenarnya semua lingkungan desktop tersebut memiliki fungsi yang kurang lebih sama.

Seolah belum cukup pilihan yang tersedia, ketika merilis versi baru, para pengembang lingkungan desktop cenderung menulis ulang kode sumbernya dari nol, dan bukannya melanjutkan pengembangan versi yang sudah ada. Lingkungan desktop yang dibangun pun sebenarnya memiliki fitur yang tidak jauh berbeda dengan versi yang lama, hanya berubah gaya saja.

Lihat saja pengembangan dari Gnome 2 ke Gnome 3, atau KDE 4 ke KDE 5. Ketika pengguna sudah mendapatkan kenyamanan di Gnome 2 atau KDE 4, tiba-tiba pengembang memutuskan untuk membuat versi selanjutnya dengan cara menulis ulang kode sumber.

Lebih parah lagi, distribusi Linux memaketkan aplikasi versi baru tersebut ke dalam distronya, walaupun sebenarnya belum cukup stabil untuk digunakan sehari-hari. Pengguna pun dipaksa untuk memilih menggunakan aplikasi versi baru yang belum stabil, atau menggunakan aplikasi versi lama yang sudah ketinggalan jaman. Dan ketika pengembangannya sudah mencapai versi stabil, siklus “menulis-ulang-kode-sumber-dari-nol” pun akan berulang kembali. Pengguna akan kembali dihadapkan pada pilihan yang sama.

Ada yang melihat hal ini sebagai kekurangan yang membuat Linux tidak berhasil menguasai dunia, tapi ada juga yang menjadikannya sebagai keuntungan karena banyaknya pilihan yang tersedia di dunia open-source. Tapi yang namanya perangkat lunak yang dibangun secara sukarela, tentu saja terserah pengembangnya mau dibuat seperti apa. Tinggal pintar-pintarnya kita sebagai pengguna akhir untuk memilih aplikasi yang akan kita gunakan.

Bagi saya pribadi, apapun aplikasinya, yang penting bisa membantu saya menyelesaikan pekerjaan. Saya menggunakan apa yang sudah biasa saya gunakan, tapi juga tetap tertarik mencoba teknologi baru. Walaupun kadang suka lupa waktu kalau sudah ngoprek hal-hal baru. Kalau sudah penasaran, pekerjaan jadi terbengkalai karena fokus ngoprek 🙂

Tinggalkan komentar