Ritual Perjalanan Dua Mingguan

Prosesi yang harus saya lakukan 28 hari sekali adalah perjalanan menuju tempat kerja, di perairan Selat Makassar, Kalimantan Timur.

Acara dimulai dengan packing, mempersiapkan barang-barang untuk dibawa. Saya selalu berusaha agar barang bawaan saya muat di dalam satu backpack saja, dengan berat tak lebih dari 7 kg. Ini supaya barang bawaan saya bisa masuk ke kabin pesawat, tidak perlu menunggu pengambilan bagasi yang terkadang memerlukan waktu cukup lama.

Kemudian saya ke bandara. Lokasi rumah saya tidak jauh dengan bandara Adisutjipto. Seringnya saya ke bandara diantar istri, atau kalau lagi ingin praktis, saya naik Gojek saja. Tidak sampai 15 menit saya sudah sampai di bandara.

Tapi sejak penerbangan dipindahkan ke bandara YIA di Kulonprogo, perjalanan menuju bandara menjadi lumayan jauh. Perlu waktu setidaknya 1,5 jam. Meskipun jauh, istri selalu bersemangat mengantar saya ke bandara. Karena lokasi bandara baru ini sangat dekat dengan pantai, kami biasanya berangkat pagi-pagi sekali supaya bisa bermain-main terlebih dahulu di pantai 😊

Perjalanan udara ke Kalimantan Timur ditempuh selama 2 jam kurang sedikit. Tujuannya bisa ke Balikpapan atau Samarinda, tergantung mood saya waktu membeli tiket pesawat. Saya biasa menyiapkan satu buku untuk dibaca di pesawat, bisa berupa buku fisik ataupun ebook. Jika tidak sempat menyiapkan buku dari rumah, biasanya di bandara saya membuka aplikasi iPusnas dan melakukan peminjaman ebook di aplikasi itu.

Biasanya saya menginap satu malam dulu, sebelum besok paginya saya melanjutkan perjalanan darat ke kota Bontang. Dari Balikpapan ke Bontang memerlukan waktu sekitar 7 jam, sedangkan dari Samarinda sekitar 4 jam.

Apa yang saya lakukan selama perjalanan darat? Karena kondisi jalan yang tidak memungkinkan untuk baca buku, saya biasanya mendengarkan Youtube. Bisa kajian, podcast, talkshow, wayang, atau sekedar musik. Saya menggunakan ekstensi Video Background Play Fix di Firefox Android supaya Youtube tetap dijalankan meski Firefox tidak sedang dalam keadaan terbuka.

Tetapi kalau kondisi badan sedang tidak oke, sebelum berangkat saya akan minum ½ butir Antimo, dan tidak melakukan apapun di dalam kendaraan 😴

Dari Bontang, perjalanan dilanjutkan menggunakan kapal dengan waktu tempuh 2,5 jam. Jika ombak sedang tenang, saya melanjutkan baca buku atau nonton film yang diputar di kapal. Tapi jika ombak sedang lucu-lucunya, saya hanya bisa memejamkan mata sambil mendengarkan musik.

Demikianlah prosesi ritual yang harus saya lakukan secara rutin. Dan empat belas hari kemudian, saya kembali harus melakukan perjalanan, namun dengan urut-urutan sarana transportasi yang dibalik (naik kapal dulu, perjalanan darat, baru udara). Tetapi berbeda dengan perjalanan berangkat yang tadi diceritakan, perjalanan pulang ini tentu saja jauh lebih menyenangkan, tak peduli ombak sedang lucu atau tidak 😃

Tinggalkan komentar